Kenapa Banyak Netizen Yang Gampang Tersesat
Kenapa Banyak Netizen Yang Gampang Tersesat
Kenapa Banyak Netizen Yang Gampang Tersesat. Teknologi masa kini
itu bikin kita semua
bisa ngakses hampir semua informasi dengan
gampang banget.
Mau tau rekomendasi cafe?
Ya tinggal search.
Mau tau cara cari pacar,
mau tau penyakit tertentu, gitu kan
bahkan nggak jarang ya orang
kalau misalnya lagi sakit,
baik itu secara fisik ataupun mental,
yang pertama dilakuin adalah
nanya ke google.
Di satu sisi, ya ini sebenarnya baik gitu ya,
informasi jadi gampang.
Tapi, di sisi lain
nggak semua informasi
yang kita temuin di internet
adalah sebuah kebenaran,
termasuk juga informasi yang gue kasih ke lo.
Nggak ada yang tau kan,
gue ngasih riset dari sini sebenarnya outdated
atau mungkin ternyata salah gue translatenya
dan lain sebagainya.
Potensi informasi yang salah,
hoax atau bahkan menyesatkan yang disengaja
itu akan selalu ada.
Tapi, ya seperti itu lah ya
fakta pada zaman sekarang,
karena sekarang kita ada di zaman
yang namanya adalah information abundance.
Artinya kita gampang banget nyari informasi
dan gampang banget juga
dibodoh-bodohi oleh informasi.
Dan belum tentu ya
progres teknologi menuju information abundance
di zaman sekarang
itu adalah progres menuju kebaikan,
bahkan bisa jadi makin banyak
kejahatan-kejahatan yang berbasis informasi.
Kalau misalnya lo penasaran,
di satu Artikel kali ini gue bakal ngebahas tentang fenomena
atau kondisi information abundance
dan dampaknya buat kehidupan kita.
Lo baca artikel ini sampai habis,
dan jangan lupa untuk nonton satu artikel setiap hari dari Satu Persen
supaya lo bisa ngembangin diri
seenggaknya satu persen setiap harinya.
Information Abundance
Kalau ngomongin soal information abundance,
mungkin beberapa dari lo akan mikir bahwa
ini adalah progres menuju kebaikan.
Kan bagus ya,
orang jadi gampang nyari informasi.
Well, iya.
Tapi nggak juga.
Kenapa?
Iya karena jadi banyak pilihan,
gampang nyari informasi,
gampang nyari informasi,
karena kebanyakan pilihan justru
bisa bikin kita stress,
bisa bikin kita bingung,
bisa bikin kita ketipu,
bisa bikin kita mungkin nyesal gitu
ketika melakukan sesuatu.
Contoh simpel aja deh,
misal,
konten kesehatan mental yang Satu Persen juga sering publish gitu ya,
tentang depresi
tentang banyak lah pokoknya,
ada riset yang nunjukkin bahwa
50% konten kesehatan mental di tiktok,
itu ternyata salah
dan berdampak pada bikin orang juga jadi salah paham tentang
kesehatan mental.
Ngeri juga kan kalau misalnya banyak orang yang teredukasi,
tapi teredukasi oleh hal yang ternyata bukan sebuah kebenaran,
malah misleading,
malah bikin mereka jadi ya melakukan hal yang buruk.
Kan jadi jelek juga.
Selain itu di zaman sekarang juga
kebanyakan informasi juga bisa bikin kita jadi overwhelmed
makanya mungkin banyak dari lo yang off Instagram,
gue sempet lihat beberapa di komen,
dan terlalu capek juga
karena terpapar oleh banyak informasi.
Jadi, kita males.
jadi kita nggak memvalidasi
suatu informasi itu bener atau nggak.
Dan kita sekarang itu,
terutama Gen Z gitu ya,
itu lebih milih berita
atau sumber informasi yang dinilai simpel
dan gampang dipahami.
Kalau lo liat di Instagram,
Twitter dan lain sebagainya,
yang dapat traffic paling besar itu siapa sih?
Ya jelas bukan Satu Persen ya,
bukan konten edukasi.
Jelas juga bukan konten-konten yang panjang-panjang,
tapi yang beritanya simpel.
Comot dikit,
kasih headline fantastis,
bombastis,
posting.
Atau kalau nggak di post setelah itu
ya dijadiin video singkat 15 sampai 60 detik,
habis itu tunggu viral.
Akhirnya kita,
termasuk gue juga sebenarnya
sebagai manusia
yang memang
ya notabene setiap hari main sosmed
atau YouTube
atau apapun
akhirnya yaudah,
kita milih buat baca
atau nonton informasi yang simpel dan nggak ribet.
Daripada baca jurnal atau buku, ya mending nonton tiktok,
tinggal scroll gitu kan.
Atau buka berita dari feeds di Ig,
yang udah jelas juga comment-nya tuh banyak
bakal rame
dan judulnya juga menarik gitu,
kontroversial.
Iya kan?
Tapi coba deh,
kita tanya ke diri sendiri
kapan sih terakhir kali
kita baca bacaan panjang?
Kapan terakhir kali kita baca buku tanpa capek?
Kapan terakhir kali kita baca riset yang beneran detail, gitu?
Gue sendiri sebenarnya udah lama banget,
karena moda informasi sekarang lebih simpel dan gampang,
lebih mudah didapat
tapi ya kita jadi makin malas,
kita jadi nggak bertanya gitu,
kita juga jadi nggak terlalu skeptis gitu
dengan banyak sumber, yaudah terima aja.
Tapi nggak bisa dibilang salah juga sih,
sebenarnya ya,
untuk tadi yang gue bilang
nonton TikTok,
baca artikel pendek,
atau berita yang bombastis gitu kan,
selama dapat manfaatnya
dan lebih efisien
ya why not?
Yang jadi masalah adalah ketika
pertama,
kita nggak berusaha nyari info lebih lanjut,
udah sotoy gitu kan,
merasa puas dengan info yang belum tentu benar
apalagi baca judulnya doang.
Yang kedua,
kita juga akhirnya percaya sama hoax
dan nggak bisa bedain sumber yang bagus dan nggak.
Dan yang ketiga,
kita ngerasa udah tahu cukup banyak
dari baca sedikit
dan akhirnya mungkin merasa cukup
dan akhirnya speak-up,
jadi berisik gitu ya ke orang lain
padahal datanya bisa jadi belum cukup.
Dan mungkin ketika kita speak up,
ada orang yang percaya gitu kan,
dan akhirnya menerima dampak buruk
karena kita belum tentu benar juga.
Masih mending sih kalau ada yang ngingetin,
kalau memang platform-nya terbuka,
tapi kalau tertutup
jadi bahaya juga buat banyak orang, ya
tentang informasi.
Dari yang informasi doang
bisa jadi tindakan,
bisa jadi perilaku yang berasal dari pikiran lo.
Nah, yang jadi pertanyaan adalah,
Bagaimana Caranya Biar Kita Tidak Kena Dampak Negatif Dari Information Abundance?
Tips pertama
Gue suka banget sih quote dari Vizi Andrei.
Dia tuh bilang kayak gini,
“Di dunia yang abundant,
knowledge is about filtering,
rather than gathering.
artinya adalah,
sekarang mendingan lo tuh nge-FILTER,
daripada nge-GATHER.
Mendingan dibatasin justru,
daripada nyari informasi.
Karena dari pada nyari dan dapat info sampah,
meningan lo nge-filter aja,
kira-kira knowledge apa yang bakal masuk ke kepala lo,
Bayangin kalau mayoritas knowledge yang lo dapetin itu sampah, gitu ya.
Gak guna,
terus salah juga.
Otak lo bakal jadi tong sampah juga.
So, filter your knowledge.
Coba mulai dari sesimple di Youtube,
karena lo lagi lihat platform Youtube,
coba mulai dari subscribe channel yang misalnya lo percaya,
contoh, Satu Persen.
anggapnya ya lo percaya Satu Persen.
tapi jangan lupa juga subscribe channel
yang mungkin berlawanan nih dengan Satu Persen.
Kenapa? Karena ya biar imbang juga sih gitu,
dan biar nggak keatur sama algoritma juga.
Termasuk juga ketika lo ngedapetin informasi,
percaya sih bagus
boleh,
tapi jangan lupa juga sedikit skeptis.
Baca-baca teori yang berlawanan sedikit gak apa-apa kok,
Baca-baca teori konspirasi sedikit juga gak masalah,
tapi baca juga jurnal yang saintifik,
jadi harus open minded.
Gak mudah percaya,
gak mudah menolak juga.
Nah ini bakal bikin otak lo
jadi ok banget sih,
karena lo bisa berpikir kritis,
skeptis,
tapi juga ya gak menolak banyak hal gitu,
jadi tetep bisa maju juga.
Yang kedua,
coba biasain deh untuk nanya
“ini sumbernya dari mana sih si Evan bilang kayak gini?”,
“sumbernya valid gak sih?”,
“masuk akal gak sih?”
dan lain sebagainya.
Selain itu, lo juga bisa riset kecil-kecilan di internet,
alias cari-cari info dari sumber lain, dan lain sebagainya.
Jadi lo punya semacam second opinion.
Ini gue sering banget ketika gue ngobrol sama orang,
dan mereka udah nonton documentary atau apa.
Kayak misal, kalau lo nonton Netflix,
misal kan ada nih dokumenter,
misal SOCIAL DILEMMA gitu,
yang bilang sosial media itu buruk,
toxic,
bikin depresi.
Atau misal lo nonton
THE GREAT HACK,
yang bilang kalau Trump itu menang gara-gara Cambridge Analytica
yang nyebarin psikotes dan make data-data orang di facebook.
Atau juga,
misalnya lo liat di Netflix gitu ya,
ini sering banget dokumenter VEGETARIAN
yang ngajak orang-orang buat makan sayur.
Atau ada juga yang di luar Netflix ya ini,
ANTI-VEGETARIAN,
yang ngajak orang ngebahas nutrisi gitu ya,
ngajak orang
nggak usah makan sayur,
makan daging aja.
Kalo lo cari di internet
kan ini berlawanan ya,
banyak banget informasi-informasi yang,
“Wah ternyata sosmed gini.”
“Oh ternyata Trump kayak gini.”
dan lain sebagainya.
Kalau lo cari di internet pasti ada argumen kontra nya cuy.
Makanya gue juga selalu membiasakan,
setiap gue abis nonton sebuah propaganda,
kaya misalnya yang paling gampang gitu,
ini film yang bagus sebeneranya,
tapi tetep gue anggap ini propaganda banget.
Contohnya, film Tom Cruise yang terbaru,
Maverick,
itu tuh propaganda Amerika banget cuy, gitu.
Seakan-akan kayak
“Wah semua yang Non-Amerika salah.”
Tapi tetep film nya bagus,
tapi abis itu ya gue tetep skeptis juga,
dengan beberapa hal,
kayak misalnya,
“Bener gak sih ada cerita resembelance dengan kehidupan nyata gak sih?”
Jangan sampai gue menganggap sesuatu itu terlalu keren,
atau sesuatu itu gue menolak banget,
suatu hal itu ya jangan sampai
mengidolakan atau menolaknya gitu,
terlalu jauh,
jadi gak masalah sebenarnya untuk kita mengkonsumsi propaganda
mengkonsumsi, bahkan ini aja,
artikelo ini propaganda kan,
untuk mengkonsumsi propaganda ya gak sih dari Satu Persen?
Tapi, ya gak masalah,
selama kita masih bisa skeptis,
masih bisa kritis.
Dan kalau misalnya
lo udah nyari argumen kontra dari suatu hal,
terus ada argumen kontra nya,
itu malah bagus.
Berarti bagus nih suatu ide.
Nah justru sebenarnya kita harus waspada
sama hal yang susah dibantah atau gak bisa dibantah.
Ini juga yang dibilang sama banyak ilmuwan ya,
termasuk Karl Popper,
yang bilang bahwa,
ya sains itu memang, sebuah ilmu harus bisa dibantah.
Jangan sampai memang gak bisa dibantah samsek.
Jadi kayak, ya udah,
bakal tetep eksis dong ide nya gitu,
gak bisa dilawan,
gak bisa ditemukan lagi temuan yang terbaru selain itu.
Jadi silahkan cari-cari bahkan,
cari juga gitu,
yang memang kita publish video,
misalnya kemarin kita publish video tentang MBTI,
kita bilang MBTI itu gak terlalu valid,
atau kita bilang law of attraction itu gak terlalu valid,
atau kita bilang gula itu berbahaya
silahkan cari di internet,
ada gak yang menegasi itu,
kalau misalnya ada ya bagus,
kalau misalnya gak ada,
nah itu berarti lo harus waspadai.
Nah yang ketiga,
di era information abundance ini,
kita memang harus,
tadi kan pertama filtering rather than gathering,
dan itu gue setuju.
So ya energi yang kita pakai gitu kan,
buat nonton informasi yang nggak penting,
yang sampah gitu,
bisa kita ganti jadi fokus untuk ngerjain sesuatu yang bermanfaat.
Jadi misalnya,
banyak dari kita mungkin punya kebiasaan,
untuk ya nonton informasi yang gak penting,
mungkin nyinyirin orang juga,
kemarin inget lah ya ada kasus K-Pop gitu
yang sampai nyinyir itu
bahkan sampai mau dibawa ke pengadilan,
ke meja hijau.
Itu kan sebenarnya kayak,
ya bisa dibilang banyak yang
buang-buang waktu.
Di internet,
information abundance ini bisa kita pakai
buat sesuatu yang bermanfaat.
Ya sesimpel lo nonton video-video yang
mungkin nyelesain masalah kehidupan lo.
Contoh, misal lo ngerasa kurang pede.
Ya tonton lah video Satu Persen yang ngomongin soal insecurity.
Lo susah depet pacar,
kita ada dating series kok,
ada playlist nya yang bisa lo tonton.
Misal lo GenZ gitu,
coba lo tonton playlist yang ngebahas soal GenZ.
Satu Persen juga ada by the way.
Nah dari sari sana, akan gak kerasa pasti.
Kebiasaan lo,
ketika lo sering nonton informasi yang berkualitas,
ketika lo sering membanding-bandingkan informasi,
ketika lo skeptis terhadap berbagai informasi,
bahkan yang berkualitas sekalipun,
otak lo akan berubah cuy,
jadi gak, yang males untuk nyari informasi,
jadi yang gak, yaudah gampang lihat sesuatu tuh
jadi yaudah terima-terima aja, nggak.
Jadi lo bisa terlatih buat mikir logis,
mikir kritis.
Dan information abundance ini,
gak akan lagi jadi hal yang merugikan lo,
gak akan lagi jadi hal yang bikin lo anxious,
gak akan lagi jadi hal yang bikin lo insecure gitu,
tapi justru sebaliknya,
information abundance ini akan akan menguntungkan lo,
karena lo bisa nge-filter informasi dengan baik.
Jadi menurut gue memang ini skill yang penting banget di zaman sekarang.
Ini juga yang mungkin nanti gue bakal bahas
di talk show terdekat Satu Persen di Bandung.
atau mungkin kalau misal lo nonton setelah tanggal ini
lo bisa tonton yang online nya gitu ya.
Karena ini dialami oleh semua orang cuy.
Berapa banyak sih GenZ yang gak pakai internet,
gue yakin hampir semua sih pakai internet.
Mungkin itu dulu aja
artikel buat satu insight hari ini.
Sebagai informasi,
Satu Persen juga udah banyak banget artikel yang bisa ngebantu lo nyelesain masalah hidup.
So, biar kehidupan bersosmed lo semakin bermanfaat,
jangan lupa follow Instagram kita,
follow twitter kita,
jangan lupa juga cek playlist kita gitu ya.
Dan sebagai tanda terima kasih karena udah membaca artikel ini sampe abis.
Gue kasih nih berbagai rekomendasi playlist
di description box.
Dan udah gua sertain juga nih worksheet GRATIS buat lo,
yang bisa lo manfaatin,
lo isi,
lo download,
di deskripsi udah ada link nya,
biar lo bisa ngembangin diri lo jadi lebih baik.
Post a Comment for "Kenapa Banyak Netizen Yang Gampang Tersesat"